Kelas 1.1. (Bogido)
Di dalam
kelas 1.1. Bogido (Boys and Girls of
Double One) sedang belajar Matematika dengan ibu guru yang terkenal galak.
Edward sedang mengerjakan soal-soal di papan tulis. Bu guru meninggalkan
ruangan kelas dengan membiarkan daftar nilai terbuka di mejanya. Entah siapa
yang memulai, beberapa murid mendekati meja guru untuk melihat daftar nilai
tersebut, makin lama makin banyak dan heboh.
Rupanya
perbuatan itu dilihat bu guru dari ruang kantor. Setelah kembali ke ruang
kelas, beliau marah besar. “Yang tadi lihat daftar nilai, maju sekarang!”
teriak beliau. Tidak ada murid yang maju. Saya sendiri memang tadi ikut “meramaikan”
maju ke meja guru, namun tidak melihat daftar nilai, jadi menurut saya bukan
saya yang dimaksud.
Menyadari ada
kemungkinan perintahnya kurang pas, ibu guru meralat: “Pokoknya semua murid
yang tadi maju ke depan kelas, sekarang ke depan!” tegas beliau, akhirnya
satu-persatu kami maju, termasuk saya, karena perintahnya jelas, siapa saja
yang tadi maju ke depan kelas, apapun alasannya. Termasuk juga Ed, yang tadi
mengerjakan soal-soal di papan tulis. Ada sekitar 10 murid, bahkan ada murid
perempuan, dijejerkan di depan.
Kami dimarahi
dan diceramahi oleh bu guru. Akhirnya, plak.. plak.. plak. Satu persatu murid
ditampar oleh bu Guru, sampai di ujung barisan.. plak! Ed juga kena tampar. Ed
protes: “Tapi saya tadi mengerjakan soal di papan tulis bu..” “Oh.. kalau gitu
maaf..” Kata bu guru.
Bu guru
kembali memarahi dan menceramahi kami, dan.. sekali lagi barisan ditampar:
plak… plak.. plakk.. dan…. plak! Ed yang di ujung kena lagi tamparan. Ed kembali
protes: “Lho bu, saya kan tadi mengerjakan soal..” dan kembali bu Guru meminta
maaf.
Hahaha…
kenapa ya pas sesudah tamparan yang pertama Ed tidak diminta saja duduk
kembali.
Kelas II.A1.1. (Terafica Uno)
Kelas kami
Fisika satu. Nama kerennya Terafica Uno. Terafica adalah singkatan Terminal
Anak Fisica, nama warisan dari kakak kelas kami sebelumnya. Uno saya ambil dari
bahasa Italy yang artinya satu, karena waktu itu pas heboh piala dunia di
Italy. Belakangan Topek membuka usaha warung Internet (warnet) diberi nama
Uno.net. Bahkan Icap memberi nama anaknya Fahri Uno.
Fisika
sengaja ditulis Fisica, biar terlihat lebih keren dan “sangar”. Perubahan huruf
k menjadi huruf c kami lakukan kalau pas pelajaran Fisika. Sampai akhirnya pak
Nelson Sitompul mendiktekan soal, Ucok dan saya menulisnya: “Sepotong cawat
dialiri listric….”
Pelajaran
fisika, pak Tampubolon memberikan soal lisan: “Satuan antara dua titik disebut
za……?” para murid bingung dan tidak bisa menjawa, apa ya kira-kira… ada yang
usil nyeletuk pelan “zakar…” Rupanya
jawabannya yang benar adalah “Zarak”
Saya duduk
sebangku dengan Dwi Hendro W, dan saat itu adalah pelajaran Kimia. Bu Guru Aniti
sedang menulis soal-soal di papan tulis. Dwi menyalin soal dan kemudian
berhenti sesaat memandang ke depan, kemudian berbisik kepadaku: “Wah kalo
diperhatikan, body bu Aniti masih bagus banget ya Jack…” hahaha… dasar Dwi!
Akhsan
membawa TV portable ke dalam kelas.
Karena di dalam kelas sedang ada pelajaran bahasa Inggris yang membosankan,
kami di belakang mencoba menyalakan tv yang kami tutup dengan buku yang
diberdirikan. Pada waktu itu hanya ada
tv swasta TPI yang siaran di pagi hari. Setelah putar-putar tombol, akhirnya sinyalnya
dapat, kami antusias menonton, dan acaranya adalah…. Pelajaran Bahasa Inggris!
Pelajaran
Geografi, ibu guru bertanya mengapa penduduk di Indonesia pertumbuhannya cukup
cepat, Melvin nyeletuk “musim hujan bu..” Ibu guru marah dan bertanya apa
hubungannya musim hujan dengan pertambahan penduduk yang cepat. Anak-anak
mengambil kesimpulan si Ibu guru main di musim kemarau, haha…
Pelajaran
Agama, Bapak guru yang terkenal galak sedang menulis materi pelajaran di papan
tulis. Tiba-tiba ada seekor kucing berjalan-jalan diantara meja dan kursi kami.
Satu-dua orang murid mulai iseng menirukan suara kucing, makin lama makin
keras. Akhirnya pak guru marah. Berhenti menulis, beliau berbalik dan meminta
siapa yang tadi menirukan suara kucing untuk mengaku. Tidak ada yang mengaku, semua
murid diam. Pak guru semakin marah, sampai akhirnya si kucing muncul dan
berjalan dengan tenang ke luar kelas. Pak guru: “Oh tadi memang suara kucing
beneran ya? Kalau gitu bapak minta maaf ya..”
Wakakaka… kucing penyelamat…
Pelajaran
PKK, ibu guru menerangkan pelajaran di depan kelas, sementara Edwin dan saya
main catur mini yang kami tutupi dengan buku pelajaran PKK. Padahal kami duduk
di deretan paling depan. Tiba-tiba bu guru bertanya: “Adriansyah, coba jelaskan
bagaimana cara mencuci celana jeans dengan benar?” wah, karena saya tidak
memperhatikan, saya tidak bisa menjawab. Ibu guru berdiri dan menghampiri meja
kami, dengan gugup saya meletakkan buku menutupi catur yang sedang kami
mainkan, tapi beberapa bidak catur malah jadi jatuh keluar. Bu guru marah besar
begitu tahu ternyata selama dia menerangkan pelajaran, kami malah main catur.
Edwin dan saya dibawanya kekantor. Di kantor malah beliau yang menangis
tersedu-sedu, kami dibilang begitu tega melakukan semua itu. Waduh…
Duduk-duduk
nongkrong di depan kelas, Edi, Melvin dan saya melihat ada kotak kecil dari
karton yang kosong. Iseng, kami isi dengan batu bata, ditutup, kemudaian
ditaruh di tengah koridor depan kelas. Tak lama datang Reinhard (alm). Dari
jauh dia melihat ada kotak karton di tengah jalan, sambil berlari kecil ambil
ancang-ancang, dia tendang kotak itu dengan kencang… Langsung setelah itu dia terpincang-pincang
menahan sakit di kakinya. Kami pura-pura tidak tahu, langsung masuk kelas…
Kami sedang
berkumpul di rumah Jilly di Gg. Kangkung, Sekip, untuk begadang, main kartu dan
nyanyi-nyanyi. Sekitar pukul 7 malam, Darwin buang air besar, dan celana
jeans-nya dia taruh di luar toilet. Mulai timbul iseng teman-teman, kami buka dompetnya dan ambil satu-satunya
selembar uang Rp 10 ribu. Kami belikan 12 bungkus nasi padang (dulu sebungkus
nasi padang lauk telor Rp 450) dan beberapa bungkus rokok. Nasi bungkus
kemudian kami makan rame-rame termasuk juga Darwin. Setelah selesai makan, baru
kami beritahu bahwa itu nasi dibeli dari duit Darwin. Darwin malah mengelak bilang
uang 10 ribu itu adalah untuk bayar utang dia ke Akhsan. Jadi bukan salah dia,
dan utang dia ke Akhsan lunas. Akhsan jadi ribut dan ga terima, sedangkan
Darwin ngotot. Hahaha… entah bagaimana akhirnya penyelesaian kasus itu, saya
lupa.
Di hari lain
perbegadangan di rumah Jilly, sekitar pukul 9 malam Akhsan keluar beli bakso Jl.
Bangau bersama Amrul meminjam motor Topek. Akhsan belum familiar dengan motor
Topek, tidak tahu bahwa kunci motor harus dicabut dan disimpan karena sudah
longgar dan bisa jatuh. Begitu sampai kembali di rumah Jilly, Akhsan baru sadar
kunci motor hilang jatuh dalam perjalanan pulang. Akhirnya kami ramai-ramai
keluar jalan kaki menyelusuri kembali jalan yang tadi dilalui Akhsan, siapa
tahu kunci yang jatuh masih bisa ditemukan. Sampai pukul 11 malam, hujan pun
mulai turun makin lama makin deras. Sudah kepalang tanggung akhirnya kami buka
baju, mandi hujan dan nyanyi-nyanyi menyelusuri
jalan, edan… tengah malam ga
pakai baju hujan-hujan di jalanan. Kuncinya sendiri tidak ditemukan..
Di lapangan
basket ada pemilihan ketua Osis, salah satu calonnya adalah Slamet, wakil dari
kelas kami. Tentu saja kami dukung dan meramaikan kampanyenya Slamet. Salah
satu poster yang kami bawa adalah yang bertulis: Viva (nya) Slamet!
Sewaktu
upacara bendera, petugas membacakan doa dan setiap kali dia berkata: “Ya Tuhan
kami…” maka dari barisan belakang kami ada yang nyeletuk pelan dengan suara
berat: “Hmmm…”
Satu acara
yang sering kami lakukan adalah nongkrong di tempat sepi (sekitar jembatan Musi
II adalah tempat pavorit, karena waktu itu lokasinya masih sangat sepi dan jarang
terdapat rumah penduduk). Kami nongkrong di kap mobil sambil nyanyi
teriak-teriak ditemani gitar. Anggota tetap biasanya adalah Darwin, Otong, Iis,
Juf, Topek, Ama dan saya. Pada suatu malam kami dihampiri mobil patroli
garnisun. Kami digeledah, mobil juga digeledah. Kami dicurigai mabok dan mengkonsumsi
narkoba. Setelah clear, mereka menyuruh kami bubar. Hehehe… kami paling juga
cuma merokok pak…
Buka Puasa
bersama di rumah Nurmalia, pak ustadz membacakan arti dari suatu surat; “Hai orang-orang
beriman…” Beberapa anak-anak langsung nyamber : “Hai….”
Kemudian pak
ustadz menerangkan bahwa nabi itu sangat santai dalam mengerjakan solat
tarawih, di antara tarawih kadang nabi beristirahat sejenak,
“duduk
nyantai” celetuk Icap…
“iya, bisa
jadi duduk nyantai” sambung pak ustadz..
“ngopi..”
Icap nyletuk lagi
“Ya, mungkin
saja sambil ngopi…” lanjut pak ustadz
“Ngudut…”
celetuk Icap lagi
Kali ini pak
Ustadz nggak nanggepin…
Sewaktu
Lebaran, kami biasanya rame-rame menyerbu rumah teman, terutama yang kira-kira menyediakan mpek-mpek. Di
rumah Prima, pembantu Prima keluar membawakan sepiring mpek-mpek. Sang pembantu
masuk lagi kemudian keluar membawakan sebotol cuka mpek-mpek, tapi dia langsung
kaget, karena ternyata mpek-mpek sepiring besar tadi sudah langsung ludes! Haha..
salah taktik dia, harusnya cuka mpek-mpeknya dulu yang keluar mbok.
Kemudian di
rumah Nurmalia, anak-anak duduk manis menunggu datangnya mpek-mpek. Ibunya Lia
bertanya maunya mpek-mpek rebus apa goreng. Kami menjawab : “Mpek-mpek goreng
aja tante..” Begitu Ibunya Lia mau masuk
ke dalam, ada yang nyeletuk: “Tapi sementara nunggu yang digoreng, yang rebus
dulu juga boleh Tante…” Dasar kurang ajar…
Persaingan
akan lebih seru lagi kalau di rumah Saleh, karena tuan rumah juga cowok, maka
rasa segan dan malu sama sekali nol. Begitu Saleh muncul sambil bawa mpek-mpek,
langsung diserbu dengan berbagi cara. Beberapa mpek-mpek jatuh menggelinding di
lantai, itu pun tetap diperebutkan
dengan penuh semangat. Benar-benar perjuangan yang menguras energi….. Yang
biasanya mendapat hasil di atas rata-rata adalah Ucok dan Slamet.
Kelas III.A1.1 (Terafica uno)
Bulan puasa,
pelajaran PMP, gurunya adalah yang terkenal paling sangar dan sadis di SMA kami,
Bpk. Sulain. Di kelas sedang diadakan ujian lisan. Murid dipanggil satu-persatu
duduk di depan meja beliau untuk diuji. Pas giliran Akhsan, saking gugupnya
Akhsan malah menginjak sepatu pak Sulain. “Kamu ini belum apa-apa udah berani
main injak aja…” omel pak Sulain.
Selesai ujian
lisan, pak Sulain bangkit dari kursinya, berdiri sambil menarik pinggang
celananya ke atas. Darwin spontak nyeletuk “ai..
melorot ye…” Suasana kelas kaget dan langsung senyap, tegang atas celetukan
darwin yang nekat itu. Setelah agak lama terdiam, sambil kembali menarik
pinggang celananya, pak Sulain malah senyum dan berkata: “Tenang aja, masih ada pengaman…” Langsung pecah ketawa di dalam
kelas sekaligus lega…
Buka puasa
bersama di rumah Saleh. Selesai solat magrib berjemaah, beberapa anak melanjutkan
dengan solat sunat (sunnah badiah magrib). Aku berdiri mau solat sunnah, sambil
ajak Otong:
“Yuk Tong,
solat sunnat…”
Otong:
“Lajulah Jack, aku lah sudah sunnat…” :D
Jalan-jalan
lebaran, kami rombongan mau ke rumah Vera. Sebelumnya mampir di masjid komplek
Kedamaiyan Permai, mau solat Dhuhur. Sementara yang lain sibuk ambil wudhu,
Otong masih terlihat santai duduk di teras masjid sambil merokok. Topek
menegur: “Hoi Tong..! Solat ess…!”
Otong:
“Lajulah kamu ess…”
Tapi tidak
begitu lama, sepertinya otong berubah pikiran, mematikan rokoknya, berdiri
siap-siap untuk wudhu sambil berkata: “Ah, daripada katek gawe nunggu, solat
bae ah…” :P
Di dalam laci
bangku belakang dalam kelas, ada kartu remi yang mungkin bekas anak Bina Warga
siang kemarin. Iseng, Otong, Iskandar, Darwin dan saya memainkan kartu
tersebut, tapi kepergok oleh guru olahraga. Beliau marah dan menuduh kami
berjudi. Yang main kartu diminta untuk segera menghadap wali kelas di
kantor. Melihat gelagat masalah ini bisa
jadi besar dan serius, kami memohon Asrul agar ikut kami ke kantor dan mengaku
ikut bermain. Dan benar, begitu melihat di antara kami ada Asrul, anak kepala
sekolah, wali kelas yang awalnya akan
marah besar, tampak melunak. Kami hanya diberi nasehat ringan dan di suruh
kembali ke kelas. Hehehe… thanks Rul!
Amrul,
ditemani Icap, mencoba PDKT Ima.
Amrul: “Ma,
boleh dak gek malem (aku) ke rumah (kamu)…?
Ima: “Yoi…”
Besoknya Icap
nanya Amrul, bagaimana cerita ke rumah Ima semalam.
Amrul: “ Dak
jadi ess. Kan kato Ima dak boleh”
Icap: “Hoi
lolo! ‘yoi’ itu artinyo iyo, bukan dak boleh. Aii… kau nih Rul…!” :D
Mawardi,
ketua kelas, memanggil beberapa murid untuk menghadap pak Najib, wali kelas
kami, ke kantor. Salah seorangnya adalah Icap (Ardiansyah). Karena nama di baju
seragamnya dia bikin “I cap Ard” dan
khawatir kena semprot, Icap minta tukaran baju dengan saya, karena nama kami
mirip. Saya oke saja. Tidak lama kemudian Mawardi kembali ke kelas dan
memberitahu bahwa saya juga dipanggil ke kantor. Waduh! Akhirnya saya ke kantor
dan.. benar, saya kena semprot karena nama itu. “Ini lagi apa-apaan namanya dibikin begini! “Ai Kep Ard” segala, emang
artinya apa he?” Rupanya pikir pak Najib itu bahasa Inggris, hehe….
Pertengahan
semester di kelas III, 2 bangunan kelas baru telah selesai. Walau kami tinggal
sebentar lagi di SMA, karena ada Asrul, kelas kami boleh memakai kelas baru
tersebut, bahkan boleh memilih mau kelas yang mana. Untuk menghiasi kelas baru, kami membingkai
beberapa poster pahlawan nasional. Namun bingkai kami buat dalam dua sisi yang
bisa dibolak-balik. Di belakang poster gambar pahlawan nasional kami tempel beberapa
gambar Bon Jovi, Guns n Roses, Iwan Fals, Pesawat dan helikopter tempur. Kalau
suasana lagi “bagus” poster pahlawan kami balik, muncullah kelas kami dihiasi
poster2 Bon Jovi, GnR, Iwan dan Pesawat tempur.
Dalam
menghadapi EBTA/EBTANAS, Akhsan, Topek, Iis, Gunawan, Awang dan saya memilih
bimbingan belajar di Om Rozak. Karena uang SPP sering terpakai untuk “keperluan
lain” dulu, sebagian dari kami menuggak SPP. Sampai pada suatu hari Om Rozak
mendatangi meja kami menagih SPP, “Adriansyah..?” Saya angkat tangan, “kamu menunggak SPP 2 bulan, segera lunasi!” malu juga dibilangi
begitu di dalam ruangan kelas. Topek, Awang, juga nunggak 2 bulan.
Kemudian
Gunawan ditanya namanya siapa, karena merasa juga menunggak 2 bulan, Gunawan
berspekulasi mengaku bernama Iskandar yang kebetulan hari itu ga masuk. “Iskandar….” guman Om Rozak sambil
mengamati daftar nama… “Kamu nunggak 3 bulan! Segera lunasi ya!”
Wealah… Iskandar lebih parah lagi.. wkwkwk.. Gunawan mukanya merah..
Study tour yang direncanakan 3 hari 2 malam ternyata selesai dalam waktu 2 hari 1
malam. Karena jatah dari orang tua memang sudah 3 hari 2 malam, beberapa dari
kami tidak pulang dan menginap di rumah Jilly agar tetap dianggap study tour memang 3 hari 2 malam. Tapi keluarga
Mawardi panik, karena Mawardi belum juga pulang tapi mobil sewaan sudah pulang.
Mawardi lupa bahwa yang punya mobil sewaan adalah tetangganya. Jadi mau ngaku
belum pulang study tour tapi mobil
sewaannya sudah pulang. Haha…
Minggu pagi,
Jilly, Topek dan saya, bertiga berbonceng motor menuju ke komplek Pusri untuk
nonton bioskop gratis. Di perjalanan, agak jauh di depan kami, ada mobil
hardtop yang di belakangnya berisi 4
orang, sepertinya melambai dan memanggil. “Eh,
siapa tuh, kayaknya teman kita tuh, ayo kejar!” Kata Jilly sambil tambah
ngebut. Setelah dekat, pintu belakang hard top terbuka, dan sambil memegang
pintu, seorang di dalam marah sambil ancungkan tinju: “Hei kamu!, udah boncengan bertiga, ga pake helm lagi!” Ups,
ternyata mereka polisi, hahaha… kabur…
Husin Cabull
ada sukuran di rumahnya di komplek Assegaf Plaju. Kami datang, lumayan makan
gratis hehe.. Pas acara makan, Husin keluar dengan membawa nampan besar berisi
nasi putih dan nasih minyak, lengkap dikelilingi dengan lauk pauknya. Setelah
menaruh nampan besar tersebut di lantai, di hadapan kami, Husin kembali masuk.
Dengan yakin Ucok berkata bahwa tradisi orang Arab memang makan rame-rame pakai
tangan dari satu wadah nampan besar. Kamipun ramai-ramai mulai makan pake
tangan langsung dari nampan besar tersebut. Tidak lama kemudian Husin keluar
lagi dengan membawa setumpuk piring dan sendok untuk makan. Hahaha… Ucok sok
yakinn…